LIPUTAN

Program Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Abdi Masyarakat atau disingkat RTIKAbdimas merupakan pelaksanaan kerjasama Tridharma (Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) antara Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Pengurus Pusat Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia.

The Community Servants Information and Communication Technology Volunteer Program or abbreviated as RTIKAbdimas is the implementation of Tridharma (Teaching, Research, and Community Service) collaboration between the Garut College of Technology and the Indonesian Information and Communication Technology Volunteer Center Management


Volunteer Literacy

 

Oleh: Rinda Cahyana

Literasi Relawan adalah kemampuan seseorang dalam memahami berbagai jenis relawan, mampu menerima layanan yang disampaikan oleh relawan dengan baik, dan dapat memilah mana layanan relawan dan bukan relawan (Cahyana, 2021)

Volunteer Literacy is a person's ability to understand various types of volunteers, receive services delivered by volunteers properly, and differentiate between volunteer and non-volunteer services.

Relawan  adalah  orang  atau  kelompok  yang  berkomitmen  menyediakan  waktu  dan kemampuannya  untuk  membantu  kepentingan  umum  demi amal (Cahyana,  2016). Dalam konteks relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), kemampuan yang dimaksud merupakan bagian dari kompetensi dalam bidang TIK dalam batasan umum seperti penciptaan konten digital dengan perangkat lunak aplikasi kegunaan umum yang dimiliki oleh pengguna akhir, atau khusus seperti penciptaan konten digital dengan perangkat lunak pengembangan sistem yang dimiliki oleh umumnya pengguna spesialis. 

Volunteers are people or groups who are committed to providing their time and ability to help the public interest for the sake of charity (Cahyana, 2016). In ICT volunteers (Information and Communication Technology), the skills referred to are part of competencies in the ICT field in general terms such as digital content creation with general-purpose application software owned by end-users or specialized such as digital content creation with system development software owned by most specialist users.

Relawan TIK meliputi dua jenis, yakni Relawan TIK Pengembang dari kalangan pengguna spesialis yang dapat mengembangkan sistem; dan Relawan TIK Penggerak yang menerapkan sistem tersebut di tengah masyarakat (Cahyana, 2013). Hubungan di antara kedua jenis relawan dalam daur hidup pengembangan sistem sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini: 

There are two types of ICT volunteers, namely ICT Developer Volunteers from specialist users who can develop systems; and ICT Mobilizing Volunteers who implement the system in the community (Cahyana, 2013). The relationship between the two types of volunteers in the systems development life cycle is as shown in the figure below:

Jenis relawan TIK tersebut selaras dengan pendapat O'Brian dan Marakas (2018) yang membagi sumber daya manusia dalam sistem informasi yang meliputi penguna akhir dan pengguna spesialis. Masyarakat selaku penerima manfaat layanan relawan TIK harus dapat memahami berbagai jenis relawan, sehingga memaklumi apabila Relawan TIK Penggerak tidak dapat menciptakan konten digital berupa perangkat lunak aplikasi.

This type of ICT volunteer is in line with O'Brian and Marakas's (2018) opinion, which divides human resources into information systems, including end-users and specialist users. Communities as beneficiaries of ICT volunteer services must understand the various types of volunteers, so they know that ICT Mobilizing Volunteers cannot create digital content in application software.

Relawan TIK menerapkan kompetensinya dalam layanan atau kegiatan tertentu yang membantu kepentingan umum atau memberi dampak kesejahteraan yang luas. Motifnya adalah amal, yakni perbuatan baik. Bagi Relawan TIK yang Berketuhanan YME, perbuatan tersebut mendatangkan pahala baik dari Tuhan yang bermanfaat baginya baik di dunia ini, ataupun di akhirat kelak. Relawan dalam bidang TIK menyampaikan layanan berupa (Cahyana, 2018):  

  1. Layanan Informasi, meliputi aktivitas pencarian dan pembuatan informasi dalam beragam format serta penyampaiannya kepada pengguna informasi di dunia nyata dan dunia maya;
  2. Layanan Perangkat, meliputi aktivitas pembelian atau pembuatan perangkat TIK, pemasangan dan pemeliharaannya (perbaikan dan peningkatan fungsi); dan
  3. Layanan Pengguna, meliputi aktivitas pendidikan, pelatihan, dan bantuan teknis di dunia nyata dan dunia maya. 

ICT volunteers apply their competence in certain services or activities that serve the public interest or have a broad welfare impact. The motive is charity, that is, good deeds. For ICT Volunteers who believe in YME, these actions bring good rewards from God that are beneficial to them in this world or the hereafter. Volunteers in the ICT field deliver services in the form of (Cahyana, 2018):

  1. Information Services, including the activities of searching and producing information in various formats and its delivery to users of information in the real world and cyberspace;
  2. Device Services, including the activities of purchasing or manufacturing ICT devices, their installation and maintenance (repairs and enhancements of functionality); and
  3. User Services, including education, training, and technical assistance activities in the real world and the virtual world

Masyarakat selaku mitra penerima manfaat harus mampu menerima layanan relawan dengan baik, misalnya tidak merasa terpaksa merima layanan tersebut. Relawan dapat mengupayakannya dengan merencanakan layanan sesuai karakter dan kebutuhan mitra. Masyarakat harus dapat memilah mana layanan relawan TIK (informasi, perangkat, pengguna) dan mana yang bukan, sehingga misalnya tidak meminta layanan pembiayaan kepada relawan TIK. 

The community as beneficiary partners must receive volunteer services well; for example, they do not feel compelled to accept these services. Volunteers can do this by planning services according to the character and needs of partners. The community must be able to sort out which ICT volunteer services (information, tools, users) are not so that they do not ask for financing services from ICT volunteers.

Secara umum, masyarakat harus dapat memilah mana layanan relawan untuk kepentingan umum demi amal; dan mana selainnya yang bekerja bagi Perusahaan Digital yang memasarkan layanan TIK berbayar bagi calon pelanggan atau memberikan dukungan teknis bagi pelanggannya. Kemampuan membedakan ini membuat masyarakat tidak memperlakukan petugas dari perusahaan digital yang melayaninya sebagai relawan, dan tidak berfikir layanan relawan akan seperti layanan berbayar perusahaan digital. 

In general, the public should be able to sort out which volunteer services are in the public interest for the sake of charity; and whichever otherwise works for a Digital Company that markets paid ICT services to potential customers or provides technical support to its customers. This ability to distinguish makes people not treat officers from digital companies who serve them as volunteers and don't think volunteer services will be like paid services for digital companies.   

DAFTAR PUSTAKA

  • Cahyana,  R.,  (2016). Memfungsikan  Telecenter Sebagai  Pusat  Pembangunan  Ekonomi Digital di Wilayah Perdesaan dengan Melibatkan Relawan Teknologi Informasi. Bogor, Kementrian Komunikasi dan Informatika.
  • Cahyana, R., (2013). Aktivitas dan Kompetensi Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kemenkominfo RI, CV Insan Akademika. 
  • O'brien, J. A., & Marakas, G. M. (2006). Management information systems (Vol. 6). McGraw-Hill Irwin.
  • Cahyana, R. (2018). Integrasi Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Sistem Pendidikan Tinggi. JAS-PT (Jurnal Analisis Sistem Pendidikan Tinggi Indonesia), 2(2), 61-70.

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2014 Relawan TIK Abdimas. Designed by OddThemes